Senin, 26 Oktober 2009

Janji Firdaus Oil dan Kebodohan Dua Sahabat

Pengalaman ini terjadi di Bandung ketika kami sama-sama kuliah di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Bandung. Saat itu masih semester 1, masih mahasiswa baru, masih dalam suasana Ospek..

Saat itu kami berdua iseng membicarakan seorang kakak kelas pria yang terlihat macho dalam kesehariannya. Sang kakak kelas, sebut saja Kang Asep, berperawakan sedang, dengan tubuh tinggi, berambut lurus, dan selalu berkacamata hitam. Yang menjadi pusat perhatian kami adalah kumis dan janggut yang menghiasi wajahnya, berjajar rapi di atas bibir dan dagu, dan disambungkan oleh jajaran rambut halus di sekitar kiri dan kanan bibir.

Jika Kang Asep melintas di koridor kampus, kami serempak diam dan memperhatikan wajah terutama bagian janggut dan kumis yang tersambung itu. He he he, mirip seorang gadis yang sedang mengagumi seorang laki-laki idaman. Tapi sumpah, kami hanya mengagumi kumis dan janggut tersambung itu saja, tiada yang lain. Kami masih laki-laki biasa yang tetap mengagumi perempuan, dan saat itu pun pacar-pacar kami masih perempuan.

“Kita bisa gak ya kayak gitu?” Sogun mulai berbisik sambil menerawang menghayal.
“Bisa kali!” jawab saya singkat, sambil juga tetap menerawang, ikut mengkhayal.
“Ke Bandung, yuk!” ajak Sogun tiba-tiba
“Ngapain?” ragu-ragu saya terima ajakan itu
“Udah, ikut aja, jalan-jalan aja!”
“Ok, deh! Berangkat!”

Kami berdua berangkat menuju Bandung. Kampus kami yang berlokasi di Jatinangor memang jauh dari jangkauan hiburan. Saat itu, tahun 1993, hanya ada sawah sebagai hiburan pemandangan bagi kami. Jika ingin hiburan lebih modern, pergilah ke Bandung, sekitar 2 jam jika kami menggunakan Bis Damri Jatinangor – Dipati Ukur, plus macet tentunya. Entah apa yang direncanakan Sogun, saya ikut saja kemana dia pergi. Rute jalan-jalannya adalah BIP di Jl. Merdeka, terus memutar ke Jalan Sunda, hingga ke sekitar Asia Afrika. Kami berhenti di sekitar alun alun dekat Mesjid Raya.

Kami menghampiri semua pedagang kaki lima di sekitar alun alun. Tak ada yang kami beli, hanya melihat-lihat. Hingga suatu titik, kami melihat kerumunan yang tidak terlalu banyak. Kami hampiri kerumunan itu. Ternyata titik kerumunan itu adalah tempat penjual Firdaus Oil. Sejenis minyak yang diduga punya khasiat menumbuhkan rambut di bagian tubuh yang kita inginkan. Dari jauh terlihat berbagai poster laki-laki yang ditumbuhi kumis dan janggut yang tersambung. Saya dan Sogun langsung spontan saling pandang. Saling tersenyum penuh bangga.

“Ini, yang kita cari!” ujar Sogun
“Yup, bener!”
“Kita beli satu aja, nanti di rumah kita bagi dua.”
“Oke..oke!”

Singkat kata kami patungan membeli satu botol Firdaus Oil berukuran sekitar 30ml, dalam botol bening kecil. Warna minyaknya kehijauan pekat. Cara pemakaian minyak itu adalah oleskan ke bagian tubuh yang ingin ditumbuhi rambut, oleskan sebelum tidur, selama 2 minggu berturut-turut. Dan upayakan jangan dioleskan ke bagian tubuh lain yang tidak diinginkan. Nah lho! Bagaimana jika kami tak sengaja mengoleskannya ke bagian tubuh lain seperti hidung? Bagaimana jika tiba-tiba hidung kami ketika pagi ditumbuhi rambut?

Sesampai di kos di malam hari, kami langsung menuju kamar Sogun. Sogun punya botol kecil bekas minyak tawon yang telah dicuci bersih. Kami membagi dua sama rata Firdaus Oil itu. Kami saling pandang, saling cekikikan. Dalam bayangan kami saat itu, dalam waktu 1 atau 2 minggu, jika rutin memakai Firdaus Oil ini maka kami akan menjadi laki-laki macho dengan kumis dan janggut tersambung. Benar-benar impian yang bisa menjadi kenyataan.

Seusai shalat Isya, dimulailah aksi itu. Sambil berkaca, saya pandangi Firdaus Oil itu. Saya ambil beberapa tetes di ujung jemari telunjuk. dioleskan perlahan di sekitar bibir kiri dan kanan. Menyambungkan kumis dan janggut. Dioleskan berkali-kali berharap akan segera tumbuh rambut disitu. Setelah itu, saya bersegera ke kamar mandi, mencuci jari telunjuk karena takut jika di jari itu juga akan tumbuh bulu. Tidur pun saya berusaha telentang, karena takut jika berubah posisi, maka cairan Firdaus Oil itu akan membasahi bagian wajah yang lain.

Seminggu, dua minggu, tiga minggu, satu bulan berlalu, tak ada perubahan di wajah kami. Padahal setiap malam, tidak lupa mengolesi pinggir bibir kami dengan Firdaus Oil. Kumis dan janggut kami memang tumbuh, tumbuh tidak beraturan. Namun tidak sehelai pun tumbuh rambut di tempat diolesinya Firdaus Oil itu. Duh, kami mulai ragu! Mulai sangsi dengan khasiat minyak itu. Benarkah seperti yang diiklankan di poster? Hmm..rasanya tidak, karena sampai saat ini tidak ada sehelai pun rambut tumbuh di tempat kami mengoleskan minyak itu.

Di suatu siang sepulang kuliah, kami duduk berdua. Terdiam. Namun tak lama secara serempak, kami berteriak dan tertawa,

“Ha ha ha ha…bodo banget sih lu!” teriak Sogun
“Ha ha ha ha..lu tuh yang bodo!” balasku

Kami tertawa. Mentertawakan kebodohan kami. Kami terjebak oleh iklan tidak jelas itu. Dan tepatnya, kami terjebak oleh kebodohan kami sendiri. Dan kami tertawa karenanya

Parepare, 11 Agustus 2009