Rabu, 04 Maret 2009

Lagu Sendu Dikala Bahagia

bebeSemasa SMP, aku cukup aktif di organisasi. Salah satu organisasi yang aku ikuti adalah Vocal Group atau Paduan Suara atau apa pun namanya itu.

Latihan rutin kami lakukan, baik ada event maupun tidak. Target utama adalah masuk TVRI –saat itu merupakan TV Station satu-satunya di Indonesia- di acara khusus vocal group sekolah. Target itu memang tidak pernah tercapai, meski sudah mendaftar berulangkali.

Berbagai lagu kami coba, lagu Chrisye, Vina Panduwinata, atau lagu-lagu wajib perjuangan. Lagu yang tidak pernah kami coba hanya lagu-lagu Betharia Sonata, Ratih Purwasih, atau Endang S Taurina. Kata guru vocal kami,

“Penghayatan lagu jenis itu sangat sulit untuk dilakukan!”

Dari semua lagu yang kami latih, ada satu lagu yang sangat kami kuasai. Jika kami membawakan lagu itu, maka anggukan puas terpancar dari guru vocal kami. Lagu itu adalah salah satu lagu Chrisye berjudul “Kisah Cintaku” yang saat ini dinyanyikan kembali dengan gaya pop oleh Peterpan.

Lagu melankolis itu justru menjadi penyemangat kami berlatih. Ketika mulai latihan, lagu itulah yang pertama kami nyanyikan, untuk sekedar menyemangati latihan kami, dan meyakinkan kami bahwa kami bisa bernyanyi bagus.

Latihan, latihan, dan latihan.

Tidak ada tanda-tanda akan ada panggilan dari TVRI, atau suatu festival, atau sekedar event yang bisa kami jadikan ajang untuk menjajal panggung. Meski seragam vocal group sudah kami siapkan, namun belum sekali pun seragam itu digunakan, kecuali hanya untuk dicoba, untuk mengukur sempit atau tidaknya baju.

Hingga suatu hari,

“Hei, salah satu guru kita, akan menikahkan putrinya minggu depan. Gimana kalau kita mengisi acara pernikahan itu?” Bersemangat guru vocal kami mengajak.

“Kita minta waktunya untuk satu lagu saja! Gimana?” Guru vocal kami makin bersemangat.

Tanpa pikir panjang, kami serempak menjawab,

“OK!”

Daripada latihan terus, ga ada pengalaman manggung, maka dengan semangat kami menerima tawaran itu. Tidak ada bayaran –sama sekali tidak terpikir bayaran oleh kami- yang penting bisa manggung!

Satu lagu kesempatan yang diberikan kepada kami. Tidak mungkin rasanya kami menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Tidak mungkin kami membawakan lagu Maju Tak Gentar di pesta pernikahan, kan? Nanti dikira menyindir sang pengantin.

Lantas lagu apa? Tidak lain tidak bukan, lagu yang paling kami kuasai, lagu yang paling PD jika kami bawakan, yaitu : Kisah Cintaku dari Chrisye.

Di kala hari H acara pernikahan. Kami siap pagi-pagi sekali. Undangan jam 11 siang, pengantin datang jam 11.10, namun kami sudah hadir di gedung jam 8 pagi. Lengkap dengan seragam dan sisiran rambut rapi bagi para anggota vocal group putra dan make up sederhana bagi para anggota vocal group putri.

Detik demi detik, menunggu. Jadwal kami tampil sebenarnya jam 12.00 siang, namun 4 jam menunggu dari jam 8 serasa 4 hari bagi kami. Tak sabar! Tapi apalah artinya 4 jam jika dibandingkan dengan penantian manggung kami selama ini.

Jam 12.10, MC mengumumkan penampilan kami. Ya! Ini saatnya!

Berbaris rapi menuju panggung di sisi kiri gedung bersebelahan dengan panggung sang mempelai. Hormat serempak kami lakukan, disusul dengan tepuk tangan dari para tamu undangan. Kedua mempelai pun ikut memperhatikan penampilan kami, karena pada saat yang bersamaan belum lagi ada tamu yang menyelamati mereka.

Keyboard dibunyikan, intro dimulai, masuklah kalimat-kalimat lagu dari kami,

“Di malam yang sesunyi ini
Aku sendiri, tiada yang menemani
Akhirnya kini kusadari
Dia telah pergi
Tinggalkan diriku”

Pada bait ini, perasaanku mulai tak enak. Mengapa para tamu undangan banyak yang cekikikan, tersenyum simpul, dan berbicara satu sama lain?

Bait reffrein,

“Mengapa terjadi, kepada diriku
Aku tak percaya, kau telah tiada
Haruskah ku pergi, tinggalkan dunia
Agar aku dapat berjumpa dengan mu”

Sesaat setelah reffrein ini selesai, dan masuk interlude lagu dari keyboard, aku baru menyadari,

“Hei, ini kan lagu kematian! Ini kan lagu tentang seseorang yang ditinggal mati kekasihnya!”

“Gawat! Salah lagu, nih! Mendingan Maju Tak Gentar, mungkin ya?”

Konsentrasi ku buyar. Bait berikutnya ku lakukan hampir tanpa suara, meski teman-teman yang lain tetap bersemangat. Aku memperhatikan sekitar, masih banyak yang cekikikan, saling bisik, dan mengulum senyum. Sang mempelai pun begitu, mereka terlihat tersenyum melihat kami, sambil melayani tamu undangan yang memberi selamat.

Guru vocal kami acuh saja, tetap memberi aba-aba dengan semangat, seolah tidak menyadari sikap para tamu undangan. Atau mungkin memang tidak tahu, karena dia membelakangi tamu undangan saat memimpin kami bernyanyi.

Selesai manggung, kami turun kembali ke belakang. Semua lega, semua gembira karena akhirnya berhasil memberikan penampilan terbaik. Aku juga lega, bukan karena berhasil memberikan penampilan terbaik, tapi karena berakhir juga lagu itu kami nyanyikan Aku ingin cepat-cepat mengakhiri lagu ini, karena buatku, lagu ini benar-benar tidak cocok untuk sebuah acara pernikahan.

Benar-benar sebuah lagu sendu dikala bahagia.

Jangan-jangan sang mempelai mengira kita mendoakan mereka untuk berpisah!



Makassar, 6 Januari 09.