Kamis, 26 Maret 2009

Kami Bangga Meski Hanya Juara Dua

Beberapa waktu lalu, seorang sahabat bernama Ario, memposting foto-foto ketika kami mengikuti kegiatan Lomba Ketangkasan Baris Berbaris tahun 1990 di Balaikota Bogor. Melihat foto itu, ingatan ku menerawang ke 19 tahun yang lalu, dimana aku begitu aktif dalam kegiatan itu. Bahkan sempat menjadi ketua organisasi baris berbaris tersebut yang bernama PANDAWA 16.

PANDAWA 16 adalah sebuah organisasi yang berkegiatan dalam bidang kewiraan dan baris berbaris. Tujuannya selain melatih disiplin tentunya juga meraih prestasi. Biasanya ukuran prestasi ditentukan oleh keberhasilan di Lomba Ketangkasan Baris Berbaris (selanjutnya disingkat LKBB) dan seberapa banyak personilnya yang maju ke level kotamadya, provinsi, bahkan nasional sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).

Awal aku masuk PANDAWA 16, langsung disibukkan dengan latihan untuk LKBB tersebut. Beberapa rekan tergabung dalam pasukan LKBB ini yaitu Ario selaku komandan, aku, Dony, Dika, Radit, Zaki, Yosi, Era, Wieta, Wita, Fitri, Susi, Ratri, Nora (Ochang), Indri, Eri dan dibantu oleh beberapa kakak kelas yaitu Ican dan Susi.

Latihan intensif dilakukan terus menerus. Para instruktur seperti Kardinal, Agung, Ike, Tuti, juga terkadang hadir para senior seperti Kang Andy Julius. Latihan benar-benar berat dan menyita waktu. Selama sekitar 2 bulan latihan dilakukan. Kesulitan muncul ketika jadwal sekolah anggota pasukan berbeda, ada sebagian masuk pagi sebagian lagi masuk siang. Akhirnya disiasati dengan mengambil 2 jam terakhir kelas pagi dan 2 jam awal kelas siang. Namun seminggu terakhir, latihan semakin intensif menjadi dari pagi sampai sore dengan sama sekali meninggalkan pelajaran.

Hari H pertandingan.

Seluruh SMA se-Bogor berkumpul di Balaikota. Semua sekolah telah siap dengan ketegapan, kedisiplinan dan formasi masing-masing. SMAN 3 dan SMAN 4 menjadi tim yang sangat diunggulkan dalam LKBB tahun ini. Sementara SMAN 1 sama sekali tidak diunggulkan karena memang organisasinya saja baru terbentuk 2 tahun.

Aku tidak ingat, kami mendapat giliran nomor berapa. Yang jelas kami baru tampil setelah makan siang. Sebenarnya tidak masalah bagi kami, namun yang menjadi sedikit runyam adalah kondisi hujan yang mengguyur kota Bogor membuat lapangan beralas keramik tempat pertandingan menjadi licin. Hujan baru mengguyur di siang hari, sehingga beruntunglah para peserta yang tampil pagi karena lapangan masih belum licin terguyur hujan.

“Hayo, siap…siap, habis ini giliran kita!” berteriak Kardinal menginstruksikan agar kami bersiap. Kami akan tampil setelah peserta yang sekarang sedang tampil ini. Bersiap kami membentuk barisan, semua pakaian dirapikan, dari ujung kaki ke ujung rambut, semua seragam, termasuk sepatu dan kaus kaki.

“Peserta berikutnya, SMA Negeri 1 Bogor!” MC mengumumkan akan tampilnya kami. Langsung disambut sorak sorai penonton yang adalah para pendukung kami. Kami terharu karena puluhan siswa SMAN 1 telah hadir mendukung kami.
“Siaaaaappppp…Graakkkk!” berteriak Ario mengomandani pasukan
“Langkah tegap, majuuuu..jalan!”

Kami maju dengan tegap ke tengah lapangan. Tampang kami terlihat tegang, tanpa senyum, dan pandangan tajam. Bukan karena kami gugup, namun memang diharuskan seperti itu. Rasanya tidak mungkin baris berbaris dilakukan dengan cengengesan.

Formasi demi formasi berjalan lancar, ditimpali dengan tepuk riuh penonton ketika gerakan indah kami pertunjukkan. Hingga satu waktu tibalah pada formasi terakhir. Formasi ini mengharuskan pasukan bubar terlebih dahulu, menyebar ke seluruh penjuru lapangan. Bubar ke seluruh penjuru ini dilakukan sambil berlari, untuk kemudian dipanggil kembali untuk membentuk formasi terakhir. Bisa dibayangkan betapa was-was nya kami karena harus berlari dengan menggunakan sepatu relative licin di atas lapangan keramik yang baru saja diguyur hujan.

Benar saja, ketika kami bubar sambil berlari, di ujung sebelah kanan, terdengar bunyi orang terjatuh. Tidak terlalu keras. Namun cukup mengagetkan karena dibarengi dengan jerit penonton yang melihat jatuhnya salah satu anggota pasukan karena terpeleset. Ternyata salah satu anggota pasukan yang jatuh itu adalah Wita. Sejenak aku melirikkan mata ke sudut kanan, aku melihat Wita sedang berusaha berdiri dan kembali ke formasi semula.
“Hmm, syukurlah tidak terjadi apa-apa!” batinku.
Namun tak urung teriakan penonton membuat kami grogi, membuat sedikit goyah mental kami.
“Sudah…sudah... kembali fokus…ga ada apa-apa..ga ada apa-apa…!” dari pinggir area Kang Andy Julius membisikkan kata-kata kepada beberapa orang diantara kami. Selanjutnya kami tampil seperti biasa, memang jadi agak canggung karena khawatir kami kembali terjatuh seperti halnya Wita.

15 menit kami tampil, serasa sangat singkat. Akhirnya penampilan kami berakhir. Memang bukan penampilan kami terbaik, namun menjadi tonggak sejarah keikutsertaan kami di LKBB. Kami tidak yakin dengan prestasi yang akan kami ukir. Untuk sekedar tampil bagus saja kami sudah cukup bangga.

Tibalah saat pengumuman.

“Pemenang ketiga….SMAN 2 Bogor!” MC berteriak ditimpali jerit histeris penonton.
Wah, SMAN 2 juara 3, berarti semakin tipis peluang kami. Karena waktu itu kami hanya berharap berada di juara 3. Apalagi dengan beberapa formasi yang kami sendiri tidak yakin akan keindahannya dan ditambah dengan terjatuhnya Wita.

“Pemenang kedua…SMAN 1 Bogor!” gemuruh penonton menyambut kemenangan kami sebagai juara 2. Aku melongo,
“Juara 2? Kok bisa?” batinku bertanya.

Pengumuman juara 1 tidak lagi kami hiraukan, karena kami yakin pastinya SMAN 4 yang saat itu sedang merajai dunia baris berbaris se-Bogor. Kami berpelukan, bersalaman, saling mengucap selamat. Kami bangga meski hanya juara 2. Prestasi itu merupakan prestasi pertama PANDAWA16. Kami sebagai angkatan 2 sejak terbentuknya PANDAWA 16, berbangga hati, karena meski baru 2 tahun berdiri, namun kami mampu memberikan sesuatu untuk sekolah.

Satu hal yang perlu menjadi catatan disini adalah Ario, sang komandan, sempat berkaul, apabila SMAN 1 mampu meraih 3 besar, maka dia akan mengepel lantai halaman balaikota. Nah, kaul itu sampai sekarang belum terlaksana. Kita tunggu saja, kapan Ario akan mengepel lantai halaman balaikota.

Setelah itu, aku dengar PANDAWA 16 banyak juga memberikan prestasi membanggakan, pernah juga juara 1 LKBB, mengirimkan siswa sebagai Paskibraka ke tingkat Jawa Barat, bahkan pernah mengirimkan siswa ke tingkat nasional selaku pembawa bendera pusaka saat pengibaran bendera di istana negara.

Saat ini aku yakin PANDAWA 16 masih ada. Masih dilanjutkan oleh adik-adik kelas yang peduli akan kelangsungan organisasi ini. Terakhir aku mengunjungi acara yang diadakan PANDAWA 16 sekitar 14 tahun yang lalu saat aku masih kuliah. Itupun dibarengi misi pribadi untuk pendekatan ke salah satu adik kelas yang saat ini menjadi istriku. Kebetulan istriku ini pernah mewakili SMAN 1 Bogor sebagai Paskibraka ke tingkat Jawa Barat. Ternyata jodohku pun berasal dari PANDAWA 16.

Bogor – 21 Maret 09 – Kupersembahkan untuk para sahabat seperjuangan di PANDAWA 16 seluruh angkatan.