Seperti diceritakan oleh Paramashanti Oktarianto
Mama : Ntik, Papa sakit, diabetesnya kambuh lagi, mesti masuk rumah sakit!
Pesan singkat di offline message Yahoo Messenger itu mengagetkanku. Duh, Papa masuk rumah sakit. Ingin rasanya aku terbang ke Bogor saat itu juga, menemui Papa dan ikut merawat. Tapi aku di Nagoya, ribuan kilometer jauhnya dari Bogor. Seandainya ini Jakarta, cukup dengan taksi, dalam 1 jam aku sudah sampai di Bogor. Seandainya ini Bandung, cukup dengan travel, dalam 3 jam aku sudah sampai di Bogor. Offline Message itu terkirim 5 menit yang lalu, berarti belum lama, segera aku meraih telepon untuk melakukan sambungan internasional ke Mama. Belum sempat aku memencet nomor, telepon itu sudah berbunyi. Mama! Tertulis di layer telepon.
“Halo, Mama, Assalamualaikum! Papa gimana? Sekarang udah masuk rumah sakit? Kadar gulanya berapa? Rumah sakit mana?” setengah panik aku bertanya semua hal pada Mama, seolah aku ingin mendapatkan semua jawaban pertanyaan itu dalam satu kalimat dari Mama.
“Walaikumsalam, hei..hei… kamu nanya kok ga berhenti-berhenti! Papa udah masuk PMI Bogor, udah di VVIP, udah dirawat sama dokter ahlinya. Kamu ga usah panik, insyaallah Papa ga apa-apa.” tenang Mama menjelaskan semua.
“Ntik, mau pulang Ma!” setengah menangis aku merajuk pada Mama
“Engga…engga, ga usah. Ga apa-apa kok, kamu di sana aja.” ujar Mama
“Sekarang gimana keadaan Papa?” lanjut ku
“Udah dikontrol sama dokter, luka gangren nya agak parah, udah pendarahan dan ada nanah, jadi mesti di operasi.” Mama menjelaskan detil di telepon.
“Aku pulang, ya Ma!” tetap saja aku merajuk. Aku tak lagi mampu berpikir, yang ada di pikiranku hanya pulang.Tak peduli dengan kerjaan di lab, tak peduli dengan janji bimbingan dengan sensei, tak peduli! Aku ingin pulang! Titik!
“Engga usah, Sayang! Papa ga apa-apa, udah kamu ga usah khawatir, berdoa aja, nanti Mama kabarin setiap dua kali sehari, lewat chatt aja ya!” lagi-lagi Mama mencoba menghibur
Pembicaraan berakhir, aku sedikit tenang setelah Mama telepon, namun tetap tidak bisa lagi konsentrasi dengan pekerjaanku. Untungnya bagian penting telah aku selesaikan kemarin, untungnya tadi malam aku begadang sampai subuh untuk menyelesaikannya. Hari itu aku tak tahu mesti mengerjakan apa, laptop aku nyalakan terus, YM aku aktifkan terus, sesekali ada sapaan dari beberapa teman, sedikit aku chatt dengan mereka sekedar untuk melupakan kekhawatiran. Tiba-tiba masuk chatt dari Mama, segera ku buka dan membaca.
Chatt ku dengan Mama lebih banyak diisi mengenai kondisi Papa. Secara umum kondisinya stabil, diabetes memang sulit diobati, semua akan tergantung pengawasan terhadap makanan dan kondisi psikologis. Alhamdulillah, Papa seorang dokter sehingga tahu apa yang harus dilakukan. Namun ada cerita unik yang diceritakan Mama mengenai sakitnya Papa. Kira-kira begini ceritanya.
Masuk rumah sakit PMI, ternyata kamarnya penuh, terutama kamar VVIP yang memang diinginkan oleh keluarga. Namun tidak bisa ditawar lagi, Papa harus masuk rumah sakit. Rumah sakit lain? Tidak! Karena dokter yang menangani Papa berpraktek di PMI. Untuk sementara –sambil menunggu kamar kosong- Papa ditempatkan di ICU selama kurang lebih 2 jam. Beruntung karena 2 jam kemudian, ada kamar VVIP kosong, ditinggalkan oleh pasien sebelumnya yang telah sembuh. Setelah menunggu proses sterilisasi ruangan, Papa masuk dan istirahat sambil menunggu pemeriksaan lanjutan.
Pada saat di ruangan, ditunggui oleh Mama dan Kakak-kakak, tiba-tiba datang seseorang ke ruangan itu, mengetuk pintu,
“Assalamualaikum.” ujarnya
“Waalaikumsalam” serempak keluarga menjawab.
Ternyata ada seseorang yang didampingi ajudannya, menjenguk Papa. Mama mengenal orang itu yang tak lain adalah Bapak Diani Budiarto, Walikota Bogor. Mama heran,
“Lho, kok Pa Walikota datang menjenguk?” batinnya.
“Eh, maaf, kok yang sakit bukan Bapak A, ya?” bertanya Pak Walikota.
“Oh mungkin sudah pulang, Pa, tadi sebelum kami masuk.” Mama mencoba menjelaskan.
“Wah iya ya, terlambat saya, tapi tidak apa-apa, saya jenguk Bapak aja, Bapak sakit apa?” lanjut Pa Walikota. Dan akhirnya pembicaraan berlanjut, agak lama Pa Walikota “menjenguk” dan ngobrol dengan Papa. Alhamdulillah, di hari pertama Papa masuk rumah sakit sudah dijenguk oleh orang nomor satu di Kota Bogor.
Diakhir “kunjungan” Pa Walikota,
“Baik, saya pamit dulu Pa Bambang, insyaallah Bapak cepat sembuh, jangan lama-lama di sini.” ujarnya
“Terima kasih, Pa” jawab Papa
“Ini ada sekedarnya dari saya” Pa Walikota menyelipkan amplop saat bersalaman dengan Papa.
“Eh ga usah, Pa, kok jadi ngerepotin!” ujar Papa
“Ga apa-apa Pa, insyaallah berkah!” ujar Pa Walikota sambil meninggalkan ruangan.
“Terima kasih, Pa” serempak keluarga menjawab
Sekeluarga tersenyum mengingat peristiwa tadi. Diawali ketidaksengajaan, Pa Walikota “menjenguk” Papa, mengobrol cukup lama, dan terakhir menyelipkan amplop. Luar biasa hari ini, Allah SWT mengirimkan hiburan bermakna sehingga ada senyum di tengah rasa sakit Papa.
Bogor, 26 April 09 – Papa harus sembuh…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar